Selasa, 23 September 2008

Umat Islam Perlu Bangun Strategi Kebudayaan

Selasa, 23 September 2008 | 00:19 WIB

Jakarta, Kompas - Umat Islam perlu mengembangkan strategi kebudayaan untuk meningkatkan peran kebangsaan umat Islam. Namun, strategi kebudayaan tidak mudah dilakukan, apalagi setiap kelompok Muslim masih mempunyai agenda yang berbeda.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam dialog seusai tarawih tentang peran kebangsaan umat Islam dalam berbangsa di Indonesia di kediaman Din Syamsuddin di Jakarta, Minggu (21/9) malam.

Dialog ini, antara lain, dihadiri Ketua Umum Syarikat Islam Amrullah, Ketua Majelis Ulama Indonesia KH Amidhan, Ketua Umum Persatuan Pondok Pesantren KH Kholil Ridwan, Ketua Umum Wanita Islam Sri Harti, Sekjen Baitul Muslimin Indonesia Zainun Ahmadi, dan Ali Karim dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.

”Politik umat Islam dalam konteks sistem multipartai seharusnya hidup dalam lingkup strategi kebudayaan agar umat punya peran kebangsaan yang kuat,” ujar Din.

Secara historis, menurut Din, umat Islam telah menampilkan peran yang sangat besar dalam membangun gerakan kebangsaan. Sayangnya, dalam sejarah kebangkitan kebangsaan yang lebih sering ditonjolkan hanya Boedi Oetomo, padahal ada Syarikat Islam, Jamiatul Khoir, dan Muhammadiyah yang ikut membangun kebangsaan Indonesia.

”Itu sebabnya, adanya dikotomi Islam nasionalis, saya sangat terganggu karena Islam dalam sejarahnya telah membangun gerakan kebangsaan,” ujarnya.

Namun, menurut Din, peran umat Islam tidak sebesar peran jumlahnya yang persentasenya mencapai 88,2 persen. Kontribusi umat Islam terhadap perekonomian nasional hanya kurang dari 20 persen.

Menurut Zainun, peran kebangsaan umat Islam tidak seharusnya dikotak-kotakkan dalam partai politik dan penuh kecurigaan. Pasalnya, umat Islam yang satu tidak akan mempunyai kekuatan jika terus saling curiga dengan yang lain.

”Itu sebabnya umat Islam yang beragam kelompoknya ini memang perlu membangun strategi kebudayaan,” ujarnya.

Amrullah mengatakan, gagasan membangun umat melalui strategi kebudayaan layak untuk diperjuangkan. Itu sebabnya strategi kebudayaan ini jangan berhenti sampai simbolik, tetapi harus menjadi gerakan.

”Strategi dakwah mengembangkan Islam pada kaum abangan jangan sampai berhenti sebagai politik pencitraan saja, tetapi harus menjadi kendaraan perubahan,” ujarnya. (MAM)

Tidak ada komentar: