Rabu, 29 Oktober 2008

Demokrasi dan Islam Moderat Jadi Identitas Baru Indonesia


By Republika Contributor
Rabu, 29 Oktober 2008 pukul 18:57:00

BRISBANE -- Demokrasi dan Islam moderat merupakan dua elemen identitas nasional baru Indonesia yang sudah mendapat pengakuan masyarakat internasional, kata Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) Jakarta, Dr.Rizal Sukma."Keduanya merupakan aset politik luar negeri kita," katanya kepada ANTARA yang menghubunginya sebelum ia tampil sebagai salah seorang pembicara utama dalam forum "Indonesia Briefing" di Universitas Sydney, Rabu.

Rizal Sukma mengatakan, dalam forum "Indonesia Briefing" itu, ia memaparkan perkembangan politik dan konsolidasi demokrasi Indonesia dalam 10 tahun terakhir, serta berbagai tantangan yang dihadapi dalam konteks penguatan proses demokratisasi dan implikasinya terhadap politik luar negeri Indonesia."Proses demokratisasi sudah menjadi nilai baru dalam sistem politik Indonesia, dan politik luar negeri kita mencerminkan nilai-nilai baru itu," kata Rizal .

"Kita sudah mendapat pengakuan dunia internasional sebagai negara demokratis terbesar ketiga di dunia. Dalam konteks itu, demokrasi menjadi aset untuk mewujudkan imej dan reorientasi agenda politik luar negeri," katanya.Selain demokrasi, elemen identitas nasional baru Indonesia lainnya adalah Islam moderat. Kedua nilai ini berkembang di masyarakat dan menjadi aset politik luar negeri Indonesia, katanya.

Citra Islam moderat ini semakin relevan bagi perjuangan Indonesia di dunia internasional bahwa kelompok radikal tidak mendapat dukungan mayoritas Muslim Indonesia sebagaimana ditunjukkan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, kata Rizal Sukma.Selain Rizal Sukma, forum "Indonesia Briefing" yang penyelenggaraannya didukung Konsulat Jenderal RI di Sydney itu juga menghadirkan Ketua Dewan Direktur Pusat Kajian Informasi dan Pembangunan (CIDES), Umar Juoro, dan Sekditjen Informasi dan Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri , Rachmat Budiman.

Umar Juoro memaparkan perkembangan gelojak krisis ekonomi global dan kemungkinan implikasinya pada perekonomian Indonesia. Dalam acara yang dihadiri kalangan akademisi, pengusaha dan pejabat pemerintah di negara bagian New South Wales, Australia, itu, para pembicara mengupas perkembangan terkini politik dan ekonomi Indonesia.ant/kp

Tidak ada komentar: